Rabu, 26 September 2012

Kamu dan Kenangan

27 September, Cukup malam ini saya ingin datang ke tempatmu bersama bias sinar bulan dini hari. Masih memegang keningku dan kembali mengingat detik  yang menyajikan senyummu. begitu menghinggapi dan memaksaku untuk melangkah mundur sejenak, perlahan dan penuh keraguan.

Ada kamu yang berselimut, meringkuk bebas menggapai kenangan kenangan yang belum usai. Kerut  sepreimu mengisi cawan-cawan rinduku agar kembali  merenggutmu dariku sewaktu-waktu.

Rasanya seperti kemarin, saat pertama kali kita bertemu. ketika tawamu bagai singgasana yang selalu saya perjuangkan di setiap medan perang. takdir telah meniup roh suka dalam diriku untuk menikmati setiap denyut nadiku menjadi irama nyanyian bidadari. indah tak terkira-tapi kamu belum sepenuhnya memahami.

Biarkan jeda ini mencekikku agar kamu bernafas bebas.
Biarkan kegelisahan membayangiku agar kamu berpikir tenang.
Biarkan saya terkubur sendirian agar kamu terbang bebas di udara.

Dan cinta telah kuhirup pelan-pelan
menyudutkanku kembali dalam ribuan kenangan yang berharap kau lupakan.

Biarkan mereka pergi dan kita buat lagi
kenangan lain saat hatiku benar-benar kau genggam
atau wajahmu yang bisa kurasa, bukan lagi bayang-bayang

 Walau masih ada sisa mimpi di pagi hari

Rabu, 12 September 2012

Diam Dalam Ritual

12 September. Saya diam, memejamkan mata lalu menunduk.
Ritual lama yg dulu sering saya lakukan, berbicara dengan hati, dan berdialog dengan sanubari. kami saling bertukar pkiran tak peduli puluhan roh menyelimuti kami. kami harus berpegangan. erat dalam genggaman-kuat dalam iman.

Saya dan dia, adalah batas tepi dari dunia, yang ada dan yang tidak terlihat
yang merasa dan yang meraba. nyata dan fana. yang hidup dan yang belum terhidupkan.

Ada suara bernada tinggi yang selalu saya dengar, dan gemrisik serat kayu di kejauhan. Jalan yang beraspal ringan. Dan degup jantung saya yang mulai mengencang.

Saya jaga hati saya, agar tidak terhimpun dalam tawa jahat mereka, penaklukan dan kemenangan. Saya rasakan kehalusannya bagai debu yang bertemu jasad. ada kerendahan dan kemurahan hati dalam setiap partikelnya.

Nafas saya tersengal, dan kegelapan kembali menyingkir oleh sinar. saya temukan diri saya kembali dalam ketidaktahuan, menangis tapi belum kehilangan. bersedih namun belum melupakan. Lalu saya terdiam lagi, lagi dan lagi.